Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rambu Penyeberangan dan Zebra Cross

 Sebagai seorang jurnalis yang sering meliput isu keselamatan jalan raya, saya selalu melihat rambu penyeberangan dan zebra cross sebagai “jembatan tak terlihat” yang menghubungkan keselamatan pejalan kaki dengan kesadaran pengendara. Saat menulis artikel ini, saya teringat pengalaman di sebuah perempatan padat di pusat kota. Di sana, saya menyaksikan betapa rambu penyeberangan dan garis putih zebra cross menjadi penentu apakah seseorang bisa menyeberang dengan aman atau justru mempertaruhkan nyawanya.




















Rambu penyeberangan biasanya berbentuk persegi dengan latar biru dan gambar siluet orang berjalan, sering ditempatkan sebelum zebra cross. Tugasnya adalah memberi sinyal kepada pengemudi bahwa mereka harus waspada dan memberikan prioritas bagi pejalan kaki. Sementara itu, zebra cross—dengan garis-garis putih kontras di atas aspal hitam—berfungsi sebagai area resmi bagi pejalan kaki untuk menyeberang. Kombinasi keduanya menciptakan sistem yang sederhana namun efektif untuk mencegah kecelakaan.

Saya pernah berbicara dengan seorang petugas lalu lintas yang mengatakan bahwa kepatuhan terhadap rambu penyeberangan dan zebra cross sering menjadi tantangan. “Banyak pengendara yang masih menganggap zebra cross hanya hiasan jalan,” ujarnya. Pernyataan itu membuat saya merenung bahwa peran edukasi publik sama pentingnya dengan pemasangan infrastruktur. Tanpa kesadaran bersama, rambu dan marka jalan hanya akan menjadi simbol tanpa makna.

Menulis tentang topik ini membuat saya semakin yakin bahwa setiap garis putih zebra cross dan setiap papan rambu penyeberangan adalah bentuk nyata dari hak pejalan kaki untuk selamat. Saat kita mematuhi rambu ini, kita tidak hanya menaati hukum, tetapi juga menjaga nyawa sesama. Karena di setiap langkah yang menyeberangi zebra cross, ada harapan untuk sampai di seberang dengan selamat.

Posting Komentar untuk "Rambu Penyeberangan dan Zebra Cross"