Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rambu Jalan Menurun dan Menanjak

 Saya paham betul bahwa rambu jalan menurun dan menanjak bukan sekadar pelengkap di pinggir jalan. Menulis artikel ini mengingatkan saya pada pengalaman liputan di jalur pegunungan yang terkenal curam di Jawa Barat. Dari balik kemudi mobil yang saya tumpangi, saya melihat rambu berbentuk segitiga berwarna kuning dengan gambar mobil miring menuruni tanjakan. Rasanya seperti pesan langsung yang mengatakan, “Bersiaplah, tantangan di depan sudah menunggu.”




















Rambu jalan menurun memberi peringatan kepada pengemudi untuk mengurangi kecepatan, memeriksa rem, dan menjaga kendali, terutama bagi kendaraan berat. Sementara rambu jalan menanjak mengingatkan pengemudi agar menggunakan gigi yang sesuai dan memastikan tenaga mesin cukup untuk menaklukkan tanjakan. Keduanya sama-sama penting, karena baik turunan maupun tanjakan memiliki risiko tinggi, mulai dari rem blong, mesin kehilangan tenaga, hingga kecelakaan beruntun akibat salah perhitungan.

Saya masih ingat wawancara saya dengan seorang sopir truk yang pernah mengalami rem blong di jalan turunan panjang. Ia mengatakan bahwa keberadaan rambu tersebut membantunya bersiap jauh sebelum titik rawan. “Kalau nggak ada rambu itu, saya mungkin nggak sempat menurunkan gigi atau mengatur kecepatan,” ujarnya. Cerita itu membuat saya semakin yakin bahwa rambu ini bukan hanya tanda visual, melainkan instruksi penyelamatan nyawa.

Pengalaman menulis tentang topik ini membuat saya menyadari bahwa setiap kali kita melihat rambu jalan menurun atau menanjak, kita sedang diberi kesempatan untuk mengantisipasi bahaya. Mematuhinya berarti melindungi diri sendiri dan orang lain. Karena di jalan raya, persiapan dan kewaspadaan adalah kunci untuk sampai tujuan dengan selamat.

Posting Komentar untuk "Rambu Jalan Menurun dan Menanjak"